HUBUNGAN ANTARA PERKEMBANGAN PRIBADI
DAN KETERLANTARAN
Oleh
Sumadi Suryabrata
Universitas Gadjah Mada
PENGANTAR
Walaupun kejadian-kejadian mengenai penelantaran anak diduga telah ada sejak dahulu kala, namun minat untuk menanggulangi akibat penelantaran anak itu belum lama timbul. Di dalam waktu yang relative singkat sejak timbulnya minat untuk menanggulangi akibat penelantaran itu ahli-ahli dari berbagai disiplin dan lingkungan kerja berusaha berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan penanggulangan penelantaran anak itu. Hal yang demikian itu tentu saja merupakan pertanda yang menggembirakan dipandang dari segi praktis – operasional. Akan tetapi tidaklah demikian jika dipandang dari segi teoretis konsepsional. Sampai sekarang belum diketemukan konsep yang mapan mengenai “penelantaran anak” itu. Belum mapannya konsep penelantaran anak karena berbagai-bagainya pendapat orang ini menjadi lebih kurang jelas karena konsep tersebut digunakan bersama-sama dengan konsep lain, yaitu “perlakuan salah terhadap anak”, jadi “penelantaran anak dan perlakuan salah terhadap anak”.
Di dalam makalah ini “penelantaran anak” digunakan dalam artian “tidak terpenuhinya secara wajar kebutuhan anak – baik karena penundaan, pemenuhan Cuma sebagian, maupun tidak ada pemenuhan sama sekali – sehingga mengganggu perkembangan anak secara wajar”. Jadi, kebutuhan anak perlu dipenuhi secara wajar, agar dia (kepribadiannya) berkembang secara wajar. Persoalannya lalu menjadi “manakah yang merupakan pemenuhan kebutuhan secara wajar” itu ? Jika hal ini dapat dirumuskan maka penyimpangannya dapat ditunjuk sebagai penelantaran – atau keterlantaran jika dilihat dari arah anak yang bersangkutan. Namun, sebenarnya yang lebih penting di sini adalah apa akibat keterlantaran itu bagi perkembangan kepribadian anak. Guna menjawab pertanyaan terakhir itu dalam makalah ini akan disajikan (1) hakekat perkembangan, (2) syarat-syarat yang diperlukan bagi terjadinya perkembangan yang sehat (3) cirri-ciri kepribadian yang sehat, dan (4) beberapa gejala kepribadian sebagai akibat keterlantaran.
HAKEKAT PERKEMBANGAN ANAK
Manusia adalah makhluk monodualis : terdiri dari jiwa dan raga, makhluk biologis dan cultural, sebagai individu sekaligus sebagai anggota masyarakat. Keadaan monodualistik inilah yang akan menentukan kewajaran pemenuhan kebutuhannya. Anak manusia mengalami proses pemanusiaan dengan makin menonjolnya aspek cultural di dalam dirinya, dan sekaligus mengalami proses sosialisasi dengan makin berperanannya kaidah-kaidah social di dalam perilakunya. Inilah hakekat perkembangan anak itu.
Demi eksistensinya, dan selanjutnya demi proses pemanusiaan dan proses sosialisasi itu anak manusia mempunyai berbagai kebutuhan yang harus dipenuhi. Terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan tersebut secara wajar merupakan concitio sine qua non bagi perkembangan kepribadian yang sehat (normal).
Dari sudut pandangan operasional, proses perkembangan itu pada hakekatnya merupakan proses penyiapan diri sebagai makhluk cultural-sosial, guna menghadapi tugas-tugas hidup dimasa yang akan datang. Dengan demikian, maka tugas-tugas hidup (kadang-kadang lebih tepat disebut tantangan-tantangan hidup) di masa depan itu merupakan hal penting yang harus masuk perhitungan dalam proses perkembangan seseorang anak. Tugas-tugas tersebut sekarang belum ada, namun tantangan-tantangannya dapat diperkirakan melalui berbagai masalah yang dihadapi dunia dewasa ini seperti : cepatnya pertambahan penduduk, terbatasnya persediaan pangan, terbatasnya lapangan kerja yang tersedia, makin menipisnya sumber daya alam (terutama yang non-renewable), cepatnya perkembangan ilmu dan teknologi, perubahan-perubahan geopolitik, serta timbulnya berbagai persekutuan ekonomi dan militer.
Agar supaya perkembangan individu itu berlangsung sebagaimana diharapkan dan menghasilkan makhluk cultural social yang tanggap dan siap menghadapi tantangan-tantangan hidupnya, maka kebutuhan-kebutuhannya harus dipenuhi secara wajar. Keterlantaran akan berakibat kurang wajarnya perkembangan, yang konsekuensinya akan menumbuhkan kepribadian yang kurang sehat.
SYARAT-SYARAT UNTUK PERKEMBANGAN YANG SEHAT
Pada waktu dilahirkan anak manusia mempunyai eksistensi terutama sebagai makhluk biologis, yang sedikit demi sedikit mengalami sosialisasi dan pemanusiaan, sehingga akhirnya berkembang menjadi makhluk cultural-sosial.
Pada waktu dilahirkan anak manusia sangat tidak berdaya jika dibandingkan dengan anak hewan. Keadaan sangat tidak berdaya ini mengandung dua implikasi penting, yaitu :
(a) karena kondisi tidak berdaya itu anak manusia justru mempunyai kemungkinan berkembang yang sangat luas, dan
(b) karena kondisi yang tidak berdaya itu maka anak manusia mutlak memerlukan pertolongan dari orang dewasa untuk mempertahankan eksistensinya dan untuk berkembang menjadi manusia dewasa, yakni makhluk cultural-sosial yang siap menghadapi tantangan-tantangan hidupnya.
Dalam kaitan dengan hal tersebut pada (b) di atas itulah keterlantaran itu terjadi. Keterlantaran terjadi kalau pertolongan yang diperlukan anak tidak diperoleh secara memadai, sehingga kebutuhan tidak dapat terpenuhi secara memadai. Tentang hal kebutuhan manusia itu – baik mengenai macam-macamnya, peran dan fungsinya dalam kehidupan, maupun mengenai sumbernya – telah banyak pendapat yang dikemukakan oleh para ahli. Suatu teori tentang kebutuhan yang akhir-akhir ini banyak disebut-sebut adalah teori yang aslinya diusulkan oleh Maslow. Merupakan teori ini kebutuhan manusia itu dapat digolong-golongkan kedalam lima jenjang; kebutuhan-kebutuhan itu, dari jenjang paling bawah ke jenjang paling tinggi, ialah :
(a) kebutuhan biologis
(b) kebutuhan akan rasa aman,
(c) kebutuhan akan kasih sayang dan resonansi social,
(d) kebutuhan akan pengakuan atas harga diri, dan
(e) kebutuhan untuk aktualisasi diri.
Sebagai model, susunan berjenjang itu sekaligus juga menjelaskan bahwa ditilik dari segi perkembangan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan tersebut juga berjenjang, dengan prioritas pertama pada jenjang terendah. Artinya kebutuhan-kebutuhan yang mempunyai jenjang lebih tinggi akan timbul dan diusahakan pemenuhannya kalau kebutuhan yang jenjangnya lebih rendah telah terpenuhi secara memadai. Misalnya, orang yang hampir kelaparan pada umumnya tidak takut bahaya (yang mengancam keamanan dirinya) guna mendapatkan makanan; orang yang terancam keselamatannya mungkin kurang mempedulikan harga dirinya; dan sebagainya. Namun, untuk perkembangan aspek cultural dan social justru kebutuhan-kebutuhan yang berjenjang lebih tinggi harus dipenuhi; hal ini berarti bahwa kebutuhan-kebutuhan yang berjenjang lebih rendah terlebih dulu harus sudah terpenuhi secara memadai.
Pemenuhan Kebutuhan Biologis
Pemenuhan kebutuhan biologis merupakan syarat utama pertama demi berkembangnya seorang individu secara wajar dan demi terbentuknya kepribadian yang sehat. Kebutuhan biologis, seperti kebutuhan akan makan, udara, minum, serta kebutuhan untuk beraktivitas dan beristirahat harus terpenuhi agar individu tetap “ada” dan berkembang secara wajar.
Terpenuhinya kebutuhan biologis secara memadai menjamin eksistensi individu, dan hal ini merupakan dasar bagi pertumbuhan biologis lebih lanjut; dan selanjutnya untuk pertumbuhan biologis lebih lanjut itu juga disyaratkan terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan biologis itu secara memadai. Keterlantaran dalam hal pemenuhan kebutuhan biologis mungkin akan membahayakan eksistensi individu atau setidak-tidaknya akan mengganggu pemenuhan biologis lebih lanjut, dan hal ini tentu akan berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian individu tersebut.
Pemenuhan kebutuhan akan rasa aman
Pemenuhan kebutuhan-kebutuhan biologis secara memadai akan menjamin eksistensi dan pemenuhan individu sebagai makhluk biologis, tetapi belum menjamin terjadinya proses pemanusiaan dan proses sosialisasi. Proses pemanusiaan dan proses sosialisai, yang berlangsung dengan belajar, menuntut agar individu merasa aman, tidak terancam. Individu yang merasa aman akan mempunyai keberanian untuk belajar dengan mencoba-coba, mengeksplorasi, bertanya, meniru, dan melakukan lain-lain kegiatan belajar, dan hasil akhirnya adalah perkembangan kepribadian yang sehat. Sebaliknya, tiadanya rasa aman akan menghambat segala kegiatan belajar itu yang akibatnya akan mengganggu berkembangnya kepribadian yang sehat.
Pemenuhan Kebutuhan akan Kasih Sayang dan Resonansi Sosial
Apabila kebutuhan-kebutuhan biologis dan kebutuhan akan rasa aman telah terpenuhi secara memadai, maka muncullah kebutuhan akan kasih sayangdan resonansi sosial. Pemenuhan kebutuhan akan kasih sayang dan resonansi sosial ini merupakan syarat bagi berkembangnya berbagai aspek cultural dan social pada individu. Dan pemenuhan kebutuhan tersebut hanya dapat terjadi dalam interaksi sosial. Dengan interaksi sosial individu belajar menerima dan memberikan kasih sayang, belajar memberi dan menerima resonansi sosial, belajar memahami orang lain, dan belajar mengatur pemenuhan kebutuhan-kebutuhannya sesuai dengan kaidah-kaidah sosial yang berlaku. Dengan interaksi social itulah aspek-aspek kultural dan sosial individu akan mengembangkan kepribadian yang matang dan tersosialisasikan secara mantap. Keterlantaran dalam hal pemenuhan kebutuhan akan kasih sayang dan resonansi sosial itu tentu saja akan mengganggu berkembangnya kemampuan untuk memberikan kasih sayang dan resonansi sosial kepada orang lain.
Pemenuhan Kebutuhan Akan Pengakuan atas Harga Diri
Salah satu kebutuhan penting individu sebagai makhluk cultural-sosial adalah kebutuhan akan pengakuan akan harga diri. Setiap individu butuh diakui sebagai orang, butuh dihargai dan dihormati hak-haknya, butuh didengar pendapatnya. Dan sebaliknya, setiap orang dituntut dapat mengakui individu lain sebagai orang, dapat menghargai dan menghormati hak-hak orang lain, dapat mendengar pendapat orang lain, cukup toleran terhadap hal-hal yang berbeda dari pendapat dan harapannya. Kebutuhan akan pengakuan atas harga diri itu perlu dipenuhi agar proses sosialisasi dan pemanusaan dapat berlangsung sebagaimana diharapkan. Keterlantaran akan berakibat terganggunya proses sosialisasi dan pemanusiaan itu.
Pemenuhan Kebutuhan untuk Aktualisasi Diri
Setiap individu memiliki kekhususan dalam hal potensi dan system nilai yang dianut. Secara esnesial setiap individu mempunyai kebutuhan untuk menampilkan atau mengaktualisasikan hal-hal yang ada dalam dirinya itu, baik yang berupa potensi maupun system nilai, untuk mendapatkan penghayatan “bahagia dan tenteram” di dalam hidupnya. Dan kebutuhan ini harus dipenuhi demi berkembangnya kepribadian secara penuh.
Dari uraian di atas itu nyata, bahwa terpenuhinya kelima jenjang kebutuhan itu merupakan syarat bagi terjadinya perkembangan yang wajar, yang akan menghasilkan kepribadian yang sehat. Berkembangnya kepribadian yang sehat ini selanjutnya akan menjadi modal dan pangkal pengembangan kemampuan dan kesiapan menghadapi tantangan-tantangan hidup. Perkembangan yang wajar dan kepribadian yang sehat merupakan syarat-syarat esensial bagi proses belajar berbagai pengetahuan, kemampuan serta ketrampilan, agar individu benar-benar siap menghadapi tantangan-tantangan hidup yang dihadapinya.
CIRI-CIRI KEPRIBADIAN YANG SEHAT
Kata kepribadian di dalam makalah ini digunakan sebagai pengganti istilah personality, yang menurut penulis oleh Panitia diterjemahkan dengan pribadi. Penulis ini menghindari penggunaan kata pribadi, kecuali dalam judul – karena judul telah ditentukan oleh Panitia --, karena kata pribadi biasa digunakan untuk menterjemahkan istilah private atau personal. Tambahan pula di dalam kalangan Psikologi istilah teknis yang umum digunakan adalah “kepribadian”.
Setiap orang tua menginginkan agar anak-anaknya berkembang menjadi manusia yang mempunyai kepribadian yang sehat; demikian pula setiap pendidik berusaha agar anak-anak didiknya berkembang menjadi manusia-manusia dewasa yang mempunyai kepribadian sehat dan menampilkan – sekurang-kurangnya beberapa – cirri-ciri yang mengarah ke ideal. Pada umumnya orang akan sepakat mengenai gagasan ini. Namun, kalau orang sudah terjun ke alam operasional, yaitu membuat deskripsi mengenai ciri-ciri apa yang perlu ditampilkan oleh anak-anak atau anak-anak didik itu, maka pendirian orang akan berbeda satu-sama lain. Makin khusus deskripsi mengenai ciri-ciri itu, makin banyak ragam pendapat yang muncul.
Ciri-ciri kepribadian yang dikemukakan dalam makalah ini hanya merupakan salah satu alternative dari berbagai alternative yang mungkin diajukan orang. Dasar yang digunakan dalam mengemukakan ciri-ciri ini ialah pandangan futuristic, yaitu keyakinan bahwa individu-individu berkembang (dan diberi kesempatan berkembang serta dikembangkan) guna menghadapi tantangan-tantangan hidup di masa yang akan datang. Berdasar atas pemikiran di atas itu, maka diharapkan agar anak-anak berkembang menjadi makhluk cultural-sosial yang sehat kepribadiannya. Kepribadian yang sehat itu diharapkan menampilkan cirri-ciri: (a) sehat jasmaniah dan rokhaniah, (b) penerimaan diri secara jujur dan ikhlas (c) penerimaan orang laihn secara jujur dan ikhlas, (d) tanggap terhadap keadaan lingkungan, (e) mampu dan terampil memecahkan problem yang dihadapi, (f) mampu menghayati keagungan Tuhan.
Sehat Jasmaniah dan Rohaniah
Agar individu mampu menghadapi tugas-tugas hidupnya dia perlu sehat jasmaniah dan rohaniah. Individu perlu menampilkan diri dengan wajar dan tak canggung secara badaniah.
Penerimaan diri secara Jujur dan Ikhlas
Setiap orang mempunyai kelebihan dan kekurangan, tetapi tidak setiap orang berani mengakui kekurangannya. Namun sebenarnya setiap orang perlu mengakui kekurangan yang ada padanya, dan berdasarkan atas pengakuan dan penyadaran atas kekurangan itu orang berusaha mengatasi kekurangan itu dan bertindak dalam batas-batas kemampuan dan ketrampilan yang ada padanya. Penyadaran atas kelebihan juga merupakan hal yang sangat penting, agar orang dapat memanfaatkan secara sebaik-baiknya kemampuan atau potensi yang ada padanya. Persepsi yang tidak tepat mengenai kelebihan dan kekurangan diri merupakan cirri kepribadian yang kurang dikehendaki.
Penerimaan Orang lain Secara Jujur dan Ikhlas
Pengakuan terhadap kelebihan-kelebihan dan keterbatasan- keterbatasan orang lain merupakan ciri kepribadian yang sangat diperlukan dalam interaksi sosial manusia. Ada kalanya orang tidak rela menerima kelebihan orang lain dan tidak dapat memahami kekurangan orang lain. Hal yang demikian itu akan mengganggu dalam kehidupan bersama dan dalam interaksi sosial.
Tanggap terhadap Keadaan Lingkungan
Berbagai perubahan dan perkembangan yang berlangsung secara cepat seperti yang telah diuraikan di muka akan mengakibatkan perubahan tugas-tugas hidup individu. Agar orang tidak tenggelam oleh arus dan tergilas oleh perubahan maka dia harus cukup tanggap terhadap perubahan-perubahan tersebut.
Mampu dan terampil memecahkan Problem yang Dihadapi
Tantangan-tantangan hidup berubah dengan cepat, dan dengan demikian problem-problem yang dihadapi individu juga makin beragam. Individu perlu mempunyai kemampuan dan ketrampilan yang cukup luwes dan luas, agar dapat digunakan untuk memecahkan problem-problem yang dihadapinya sewaktu-waktu.
Mampu Menghayati Keagunan Tuhan
Keagungan Tuhan mengejawantah di mana-mana dalam berbagai hal dan kejadian. Orang harus mampu untuk menghayati dan selanjutnya mensyukuri keagunan tersebut. Pengembangan potensi diri serta system nilai-nilai utama merupakan salah satu bentuk utama penghayatan terhadap keagungan Tuhan tersebut.
BEBERAPA GEJALA KEPRIBADIAN SEBAGAI AKIBAT KETERLANTARAN
Apa yang disajikan di atas itu akan terjadi apabila di dalam perkembangan individu terpenuhi kebutuhan-kebutuhannya secara memadai. Apabila terjadi penelantaran, maka sangat mungkin perkembangan individu tidak akan berlangsung dengan wajar, dan sebagai konsekuensinya individu akan menampilkan gejala-gejala yang kurang sehat, sebagai akibat keterlantaran tersebut. Beberapa gejala itu adalah seperti yang dikemukakan di bawah ini.
Jasmani yang sakit-sakitan dan perkembangan yang terlambat akan terjadi, jika kebutuhan biologis tidak terpenuhi secara memadai. Cukup banyak diketahui umum bahwa kekurangan gizi dapat mempunyai akibat yang sangat merugikan bagi perkembangan kecerdasan.
Tidak terpenuhinya kebutuhan akan rasa aman akan menumbuhkan individu yang takut-takut, terlalu tergantung, tidak berani mengambil keputusan, sempit pandangan, kurang matang, kurang berani menghadapi resiko.
Tidak terpenuhinya kebutuhan akan kasih sayang dan resonansi sosial dapat mengakibatkan tumbuhnya individu yang antagonistic, anti social, pendendam, tidak mau tahu orang lain, kurang mempunyai rasa belas kasihan.
Orang yang tidak mau mengakui kelebihan orang lain, mau menangnya sendiri, penonjolan diri yang berlebihan, atau tidak mempunyai malu sangat mungkin berkembang dalam suasana yang kurang memperhatikan kebutuhan akan pengakuan terhadap harga diri.
Tidak terpenuhinya kebutuhan untuk aktualisasi diri mungkin mengakibatkan berkembangnya individu yang menampilkan gejala-gejala tiada semangat atau sebaliknya fanatic dalam sesuatu pandangan, merasa terabaikan dan tertekan.
PENUTUP
Uraian mengenai beberapa ciri kepribadian yang kurang diharapkan yang sangat mungkin diakibatkan oleh penelantaran itu sama sekalijauh dari tuntas, namun diharapkan telah dapat mengilustrasikan gejala-gejala sebagai akibat penelantaran itu. Pesan yang terkandung di dalam uraian itu adalah bahwa : “penelantaran itu mempunyai dampak yang mendalam dan luas dalam kepribadian generasi muda untuk menghadapi tugas-tugasnya mempertahankan eksistensi dan mengembangkan bangsa, kiranya sudah waktunya secara serius dilakukan berbagai upaya untuk menanggulangi penelantaran terhadap anak-anak di Indonesia ini.
Yogyakarta, 6 Agustus 1982.
hubungan antara perkembangan pribadi dan keterlantaran
Diposting oleh morearticles on Rabu, 10 Juni 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar